Sekbid Kajian
Hilyatush Sholihah (Matematika 2011)
Sulit ungkapkan apa yang terjadi setahun
ini, seribu rasa campur jadi satu. Berlembar-lembar kisah telah tergores,
dengan segala penak-perniknya. Namun apalah yang telah ku perbuat.? Terlalu
banyak kisah yang tak ku lalui bersamamu. Ntah karena ku lupa atau alpa. Maafmu
pun mungkin sudah tak terkira banyaknya. Bahkan masih banyak yang ku lupa untuk
memintakan maafnya padamu. Namun kau tatap bertahan disampingku. Menanyakan
kabarku, memperhatikanku. Yang terkadang buat ku malu, benar-benar malu.
Ukhuwah ini harganya mahal. Bahkan tak
tertandingi. Sebesar apapun aku mengadu tetap saja apologiku tak berarti,
karena waktu takkan pernah kembali lagi. Ketika ukhuwah ini rantas, kaupun rela
sulami lagi dengan benang emas cinta. Dan akhirnya aku terlambat tersadar.
Karena ternyata dakwah ini terintegral dari ukhuwah yang kan selalu tumbuh
dihati.
Dan kini deretan waktu telah bergulir,
setahun hampir berlalu, saatnya menanggalkan jubah keagungan itu dan
menggantinya dengan jubah yang lain. Sungguh berat melepaskannya. Bukan, bukan
karena tak ingin melepaskannya. Ini karena tak sanggup lagi aku, untuk tegakkan
kepala. Malu, sangat malu. Tak ada apa yang kuperbuat. Hingga berulang kali
tetesan itu jatuhpun, tak ada yang kuperbuat.
Aku menangis karena sedih? Bukan, aku
tidak menangis karena sedih, ini karena anginnya, angin ini berhembus kencang.
Aku menangis karena bahagia? Ya.. karena
kau selalu ada di sampingku. Karena hanya kau yang kurindu, yang terkadang jadi
penyejuk kalbu diperjalanku, diperjalann kita. Kau adalah bunga mimpi yang
temaniku menyulam kisah indah ini.
Temanilah aku selalu dengan do’amu. Dan
tetaplah disini, dihatiku. Ya allah izinkan kami selalu terjaga dalam indahnya
Islam. Izinkan kami selalu merasakan nikmat yang tak habis tuk disyukuri.
Semoga do’amu selalu menjadi laksana dan lentera hidupku.
Dan bila akhirnya perpisahan tiba,
jangan berubah. Tetaplah dihatiku. Jadilah Setegar karang, sesejuk pagi,
seindah rembulan, sejernih hati, sebening embun, seberkah nurani, seperkasa
mentari pagi. (Singing with Seismic-Belahan Jiwa).
Tak sanggup ku berkata-kata, hanya satu
yang dapat terucap, Aku mencintaimu. Bepuluh kali, beribu kali bahkan berjuta
kalipun ku memikirkannya ku tetap mencintaimu. Tanpa sebab, tanpa syarat. Yah,
aku mencintaimu karena Allah.
With Love cause Allah.
No comments:
Post a Comment