Pages

AMBASSADOR OF GOD


أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا »  وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً
"Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya"

Besarnya keutamaan dan pahala orang yang meyantuni anak yatim, sehingga imam Bukhari mencantumkan hadits ini dalam bab: keutamaan orang yang mengasuh anak yatim. sehingga orang-orang yang menyantuni anak yatim di dunia akan menempati kedudukan yang tinggi di surga dekat dengan kedudukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Menurut data yang di keluarkan oleh Yayasan Yatim Mandiri tahun 2012 jumlah anak yatim di Indonesia saat ini mencapai 3,2 juta jiwa. Jumlah terbanyak ada di NTT dan Papua dengan jumlah mencapai 492.519 anak, kemudian disusul Papua yang jumlahnya mencapai 399.462 anak.
Pada tulisan ini saya memberi judul "Ambassador Of God" atau duta tuhan dimana mereka-mereka yang tergolong anak yatim maupun piatu adalah merupakan duta Allah SWT di muka bumi. Menjadi dutanya Allah SWT sudah barang tentu mereka mempunyai kemulian yang lebih dibanding yang lainnya termasuk orang-orang yang memuliakan duta Allah tersebut.
Melalui tangan-tangan merekalah Allah menisbahkan kelimpahan barokah dan rahmat untuk orang yang peduli, Do'anya yang senatiasa makbul dan keutamaan nya di puji oleh Rasulullah SAW. Memuliakan duta Allah di bumi menjadikan kita dekat dengan surga, bertetangga  dengan Rasulullah dan memuliakannya bersamanya.
Ada sebuah kisah klasik yang menarik Suatu ketika, K.H. Ahmad Dahlan, ulama kharismatik pendiri Muhammadiyah, mengajarkan tafsir Surat Al-Ma'un. Tapi ternyata tidak cukup sekali. Beliau mengulang-ulang mengajarkan tafsir surat yang sering kita dengan dan kita baca tersebut.
Karena di luar kebiasaan, seorang murid memberanikan diri bertanya, "Pak Kyai, mengapa pelajarannya diulang-ulang terus? kami semua sudah hapal dan paham semua surat tersebut." Demi mendengar protes dari muridnya, Sang Kyai, balik bertanya, "Kalau sudah hapal, apakah kalian sudah mengamalkan?"

Amal. Itulah kata kuncinya. Ilmu yang tidak diamalkan, ibarat bulir-bulir padi yang tak kunjung dimasak menjadi nasi. Sampai kapanpun, ia tetap akan menjadi padi, tak bisa dimakan, tak bisa mengenyangkan orang.

Mengamalkan memang lebih berat daripada mempelajari dan mengkaji ilmu. Hingga ada salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tak kunjung dapat mengkhatamkan menghafal Qur'an karena ingin mengamalkan setiap ayat yang telah ia hafal.

Mengamalkan ilmu memang tidaklah mudah, terkadang banyak tantangan dan ujian, tapi harus dilakukan, sebagai bentuk syukur atas karunia berupa ilmu yang telah Allah berikan. Selain itu, mengamalkan ilmu dapat mendatangkan keberkahan dalam hidup, ketenangan, dan kebahagiaan.

Lalu K.H. Ahmad Dahlan meminta semua muridnya untuk pergi berkeliling mencari orang miskin, untuk kemudian dibawa ke rumah masing-masing. Si miskin tadi diberi makan dan minum, pakaian, serta dibiarkan bermalam di rumah. Seketika itu pula pelajaran tafsir dihentikan dan semua murid melaksanakan nasihat sang kyai.
dari kisah diatas dapat kita ambil sebuah hikmah yang sangat baik, bahwa proses kita memuliakan para pakir miskin dan duta-duta Allah adalah sebuah keharusan yang harus dilakukan. terkadang kita sibuk dengan segala urusan kita, sibuk dengan agenda-agenda pribadi kita masing-masing sampai-sampai kita lalai ada orang-orang yang harus kita muliakan, orang-orang yang merupakan utusan Tuhan, dutanya Allah yang juga bisa merupakan sebagai perpanjangtanganan dari Tuhan.

Sungguh besar kemuliaan yang dimiliki ketika kita sanggup memuliakan para duta Allah ini, satu saja orng kaya di negeri ini memelihara satu oang anak yatim niscahya semua kemiskinan yang melanda negeri ini Insyaallah akan mudah ditangani.
Berdasarkan data Riset yang di release oleh Standard Chartered Bank bahwa orang mapan (kaya) di Indonesia ternyata mengejutkan. jumlah orang mapan atau berpenghasilan Rp240 juta-500 juta per bulan mencapai 4 juta orang.
Berdasarkan data tersebut, kalo semuanya mau turun tangan dengan satu keluarga mapan memelihara satu anak miskin atau yatim maka kesenjangan dan kemiskinan ekonomi akan bisa diatsi dengan mudah di indonesia.
20170505
Kantor Lazis Al Wasi'i
 

Unknown

No comments:

Post a Comment

Instagram