Pages

Sahabatku, Dimanahkah Engkau Sekarang..?



Sahabatku, Dimanahkah Engkau Sekarang..?

Amanah yang menyatukan kita dan amanah jualah yang memisahkan kita, ketika awal kita bertemu kita coba untuk saling memahami satu sama lain dalam hatiku bertanya siapakah gerangan dirimu?, seperti apakah karaktermu dan bagaimana latar belakangmu?, serta berbagai pertanyaain berkecamuk dalam bayangku. Teman baru, sahabat baru dan mempunyai tujuan dan visi yang sama yaitu belajar dan merangkai sebuah amalan kebaikan di wajihah ini. Senang rasanya melihat senyum tulus diwajahmu, gairah semangat takbir yang engkau teriakkan. Al akh yang saya kenal melalui proses ta’arufan ketika kita memulai langkah besar kita untuk memajukan dakwah di kampus yang kita cintai ini. Seorang yang tidak begitu banyak bicara akan tetapi mempunyai segudang ide-ide brilian untuk visi besar yang kita susun, wajahmu yang teduh memancarkan gairah optimisme dan gayamu yang khas membuatku merasa mempunyai energi berlipat-lipat untuk tetap dan terus berjuang akan mimpi besar yang kita susun.
Banyak hal sudah yang kita lalui sehingga tak sadar aku banyak belajar darimu, nasihat bijak yang kau berikan untukku dikala kita Syuro’ di sekretariat kita atau sepenggal SMS yang engkau kirimkan ketika mengingatkanku untuk sholat malam dan dhuha di pagi hari. Engakau selalu memberikan semangat tentang pentingnya meluruskan niat disetiap langkah perjalanan kita dan setiap kata yang mengalir dari bibirmu begitu indah dan penuh hikmah tanpa sekalipun menyinggung  atau menyakiti saudara-saudara disekelilingmu termasuk diriku. Satu hal yang membuatku iri kepadamu ketika emosi tak terkontrol dan bibit-bibit amarah mulai tumbuh begitu lidahnya lidah ini berucap tanpa sensor sehingga mungkin siapa yang mendengarnya akan merasa sakit hati, namun kau tetap sabar dan berusaha mencari solusi terbaik, ya saya kira kamu adalah orang paling sabar sedunia.
Oh sahabatku, masih segar dalam ingatanku ketika kita saling mengevaluasi lembaran-lembaran mutaba’ah ibadah yaumiyah mingguan kita, subahanallah alangkah malunya diri ini setiap point pengisian mutaba’ah yang kamu miliki terisi penuh tanpa ada satupun yang ketinggalan dan kekagumanku bertambah ketika kita saling memuraja’ah hafalan qur’an, ternyata engkau sudah menghafalkan target-target hafalan yang sudah kita buat dan begitu sendunya suaramu melafalkannya, aku merindukan masa itu. Tak jarang aku melihatmu sendirian di pojok mesjid sambil bersandar ke tiang penyangga mesjid sedang memuraja’ah hafalan-hafalan qur’anmu, itulah yang membuatku senang mempunyai sahabat sepetimu.
Di akhir-akhir perjalanan kita selama satu tahun diwajihah ini engkau banyak berpesan kepada teman-teamn yang lainnya termasuk dirikiku agar senantiasa beristiqomah dan tidak meninggalkan jalan dakwah yang kita yakini jalannya para nabi dan rasul terdahulu. Semngat untuk melakukan perbaikan dan menjadi pionir dakwah dimanapun dan diposisi apapun kita. Merasakan nikmatnya berdakwah dan indahnya menabur benih ukhwah dijalan ini dimanapun persinggahan post dakwah kita selanjutnya.
Kini kita sudah tidak dipersatukan dalam satu amanah lagi, kabarnya engkau sibuk dengan tugas akhir yang ingin kamu selesaikan segera. Saya faham itu, karna engkau pernah bilang bahwa seorang aktivis dakwah itu harus berprestasi dan tidak mengganngu beban dakwahnya karna akademiknya yang bermasalah, begitu juga dengan aktivis dakwah harus cepat lulus agar rumor seorang ADK lama lulus terbantahkan. Sesekali kukirim SMS tausyiah sekedar pengingat dan sarana silaturahim dan terkadang kutanyakan kabarmu engkau hanya menjawab dengan singkat “baik akh”, itu sudah cuup bagi saya. Karna kita jarang bertemu di kampus disebabkan jurusan kita yang berbeda.
akantetapi entah kenapa akhir-akhir ini saya begitu resah, kabarnya engkau tidak ada amanah struktural lagi di kampus, saya harap maklum itu karna kamu ingin menyelesaikan studimu segera. Ketika ada agenda-agenda tarqiyah ADK, saya terkadang menanyakan keberadaanmu, kenapa ng’ datang, apakah tidak dapat ‘ilanat atau ada agenda lain yang tidak bisa ditinggalkan namun saya masih berusaha berpikiran positif tentangmu. Aku mencoba menanyakan tentang kabarmu dan sedikit kusinggung masalah Tarbiyah liqoat mingguanmu melalui pesan singkat di HP ku, namun jawaban yang kutunggu urung juga datang. Kucoba bertanya kepada teman-teman terdekatmu namun mereka enggan menjawab tentangmu. Hatiku mulai berkecamuk, ada apakah gerangan denganmu. Sampai suatu ketika ku mendengar kabar tentangmu bahwa engakau keluar dari jamaah ini. sedih hati ini, harapan-harapan yang dahulu hilang hangus terbakar api amarah pada diri ini.
Sahabatku, apa yang terjadi padamu, mana semangatmu dahulu yang tak pernah padam? Sahabatku dimanakah engakau sekarang? Aku merindukanmu! Aku hanya bisa berdo’a tentangmu semoga engkau istiqomah di jalan-Nya dan menjadi bagian dari penyeru kepada kebaikan ini. Semoga nasihat menjadi pengingat kita dan Rabitah sebagai penguat kita. Hingga kita dipertemukan nanti di Jannah-Nya.
Amin ya Rabb..


Pojok Kamar Rumah Qur’an, 17 Juni 2015

Unknown

2 comments:

  1. Tulisanmu ini ya li?????? salam kenal ya dari Wahid Biyobe

    ReplyDelete
  2. Hehe..., salam kenal ka'.., #sedang berusaha mencintai dunia kepenulisan.,

    ReplyDelete

Instagram